Mountaineering berasal dari kata “mountain” yang
berarti gunung. Mountaineering adalah kegiatan mendaki gunung yang terdiri dari
tiga tahap kegiatan, yaitu :
- Hill Walking. Merupakan
perjalanan pendakian bukit-bukit yang landaaai, tidak mempergunakan
peralatan dan teknis pendakian
- Scrambling. Merupakan pendakian
pada tebing batu yang tidak terlalu terjal. tangan hanya digunakan sebagai
keseimbangan
- Climbing. Merupakan pendakian
yang membutuhkan penguasaan teknik pendakian. bentuk climbing adalah :
- Rock climbing, yaitu pendakian
pada tebing batu
- Snow ice climbing, yaitu
merupakan pendakian pada es dan salju.
·
Mendaki gunung pada dasarnya adalah olah raga
berjalan. karenanya penguasaan teknik berjalan yang benar wajib diketahui
terlebih dahulu.
·
berjalan di gunung tentu saja tak sama dengan
berjalan di trotoar. Di gunung anda harus berjalan dengan beban di punggung,
melintasi lembah, mendaki tebing, menuruni lereng-lereng, atau meniti
punggungan-punggungan yang tipis. Dengan medan seperti itu ditambah dengan
beban yang harus dibawa maka keseimbangan dalam berjalan di gunung adalah
mutlak.
·
Seperti juga pejalan kaki yang lain, anda harus
berjalan dalam satu irama yang tetap, dengan kata lain, tidak kaku seperti
robot. Tidak ubah bagai seorang penari, berjalan di gunung pun punya seni
tersendiri. Kalau seorang penari mempunyai kenikmatan tersendiri dalam
melakukan gerakan-gerakannya, maka seorang pendaki yang berjalan dalam irama
tertentu juga harus dapat merasakannya sebagai suatu kesenangan tersendiri
pula.
·
Ada beberapa patokan yang harus diperhatikan
dalam berjalan tentu saja melangkah, inilah hal pertama yang harus
diperhatikan. Berjalanlah dengan langkah-langkah kecil, jangan memaksakan kaki
untuk mlangkah terlalu lebar. Langkah-langkah yang terlalu lebar menyebabkan
berat badan seringkali ditunjang oleh satu kaki saja karenanya keseimbangan
badan pun gampang goyah. Dengan langkah-langkah yang kecil, berat badan dapat
ditunjang secara mantap oleh kedua kaki. Perlu di ingat bahwa kaki bukan hanya
untuk menahan berat badan, tetapi telah ditambah dengan berat barang yang ada
dalam ransel. Dengan langkah-langkah kecil, gerakan nafas teratur, dan ini
merupakan cara yang tepat untuk menghemat tenaga.
·
Bagi pendaki yang berpengalaman, berjalan dua
atau tiga jam tanpa istirahat merupakan hal yang biasa. Tentu dibutuhkan
kekuatan dan stamina yang cuma dapat diperoleh melalui latihan dan pengalaman
yang tidak sedikit. Akan tetapi, sebagai ukuran minimal boleh dikatakan bahwa
berjalan satu jam dengan istirahat sepuluh menit adalah normal.
·
Ketika istirahat, duduklah dengan kaki yang
melonjor lurus sedikit di atas badan untuk mengembalikan darah supya mengalir
normal, karena ketika badan berjaln seluruh darah telah berpusat di kaki.
Teguklah minuman secukupnya dan makanlah beberapa makanan kecil. Usahakan agar
tidak beristirahat di tempat berangin karena udara dingin dapat mengerutkan
otot yang sedang beristirahat, dapat menyebabkan terjadi kram pada otot.
·
Pilihlah lokasi istirahat yang baik. Secara
psikologis lebih menguntungkan apabila anda memilih lokasi di bagian yang
tinggi. Dari tempat ini akan tampak pemandangan yang indah, nikmatilah untuk
mengurangi perasaab lelah setelah lama berjalan. Makan dan minum secukupnya
untuk mengembalikan tenaga, kalau perlu di masak dulu agar hangat dan segar.
Ada baiknya memakan sedikit garam untuk menghindarkn kram karena banyak
keringat yang mengucur memungkinkan hilangnya garam dari tibuh. Membawa buah
segar seperti apel, pir, anggur juga sangat membantu untuk mengembalikan
tenaga. karena mengandung banyak air dan vitamin maka mengkonsumsi buah segar
juga sangat membantu.
·
Ketika anda berjalan perhatikan betul medan yang
dihadapi. Kalau melewati medan yang penuh kerikil dan batu-batui tajam, harap
berhati-hati karena kaki mudah tergelincir jika ceroboh. Tidak berbeda apabila
anda harus melintasi medan yang berbatu besar dan bulat seperti bebatuan pada
sungai misalnya, anda harus melintasinya dengan melompat dari satu batu ke batu
yang lain, yaitu dengan gerak sedemikian rupa cepatnya sehingga batu yang
diinjak belum lagi sempat bergulir tetapi anda sudah melompat ke batu
yang lain.
·
Cara di atas tentu saja berbahaya kalau kondisi
anda sudah lelah. Cara lain yang lebih aman adalah dengan menaiki satu persatu
batu tersebut, perlahan-lahan dengan memeriksa terlebih dahulu batu yang akan
di injak, agar tak gampang bergulir nantinya. Cara mana sebaiknya yang akan
dipakai, itu tergantung dari pengalaman dan tingkat kelelahan anda.
·
Medan yang berumput dan terjal seringkali
membahayakan, terlebih ketika basah karena hujan atau embun. Pendaki yang tidak
berhati-hati akan mudah tergelincir, terutama jika memakai sepatu yang tidak
sesuai. Demikian pula dengan medan becek, berlumpur, licin dan berbahaya.
·
Jangan percaya pada pohon-pohon kecil di pinggir
tebing. Pohon-pohon ini seringkali tidak cukup kuat untuk menahan bobot
manusia, sehungga mudah terabut. Btang-batang pohon itu banyak yang lapuk, lalu
patah ketika anda menekalnya dan menahan badan di situ. Kalau tidak yakin
betul, hanya guakan pohon-pohon itu sebagai keseimbangan saja.
·
Mendaki di lereng gunung dengan tanah berpasir
lebih sulit daripada di atas tanah keras. Setiap kali menjejak, tanah berpasir
bisa melorot ke bawah. Anda kadang-kadang perlu menyepakkan kaki ke dalam tanah
pasir itu agar tidak melorot. Orang kedua dan seterusnya dapat mengikuti bekas
jejak orang pertama supaya tidak mudah lelah, karena tanah berpasir bekas jejak
menjadi lebih keras.
·
Berjalan di atas punggung dari sebuah tebing
yang tipis dengan jurang menganga di sebelah kiri dan kanan merupaka kondisi
kritis yang membutuhkan teknik tersendiri untuk mengulanginya. Angin kenang
yang sering meniup akan menggoyahkan keseimbangan badan. Jangan melakukan
gerakan-gerakan yang tiba-tiba dan membahayakan. Misalnya melempar batu atau
mengayunkan tangan keras-keras. Berjalanlah dengan tenang dan penuh
konsentrasi, tetapi tetap dalam irama yang teratur dan tidak kaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar